Kebutuhan akan sumber energy terbarukan menjadi sangat esensial karena semakin berkurangnya sumber energi fosil. Inilah yang menjadi bahasan utama para ilmuwan di dunia saat ini. Sejak pertengahan abad 19, sudah banyak pengembangan di bidang ini. Salah satu yang paling terkenal, dan sudah banyak diaplikasikan adalah biogas. Konsep utamanya adalah menggunakan sumber energi dari bahan2 organik yang telah difermentasikan oleh bakteri2 anaerob untuk menghasilkan gas metana yang mampu menjadi sumber panas. Bisa duganakan langsung sebagai panas, atau digunakan untuk membangkitkan energi listrik.
Belum lama ini, beberapa ilmuwan dari Belanda melakukan penelitian tentang energi terbarukan terbaru. Tidak seperti biogas, yang menggunakan bahan organik yang sudah diolah oleh para bakteri, namun justru mereka mampu mendapatkan energi listrik langsung dari makhluk hidup. Mereka memanfaatkan tumbuhan sebagai sumber energinya, tanpa mengganggu pertumbuhan tanaman tersebut. Tumbuhan yang digunakan adalah rumput, rumput biasa yang biasa ada di halaman rumah.
Ketika tumbuhan berfotosintesis, ada sekitar 70% bahan material organik yang tidak mampu diproses tumbuhan, dan diekskresikan melalui akar. Kemudian bahan2 tersebutlah yang akan diolah oleh bakteri. Nah, para ilmuwan dari Wageningen University Research memanfaatkan sisa bahan organik tersebut. Bahan organik yang diekskresikan ( C6H12O6 yang diolah oleh bakteri menghasilkan elektron dan ioh H+ ) mengandung muatan elektron, sehingga untuk mendapatkan elektron tersebut, dipasanglah elektroda (Anoda) di dekat akar sehingga elektron tersebut bisa masuk ke sisi elektroda lain (katoda di permukaan tanah) tersebut dan mampu menghasilkan arus listrik. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut :
Konsep ini sebenarnya mirip dengan konsep fuel cell konvensional. Bedanya hanya dari sumber elektronnya saja. Oleh karena itu pembangkit listrik ini mereka sebut sebagai Plant-Microbial Fuel Cell .
Teknologi ini diproyeksikan untuk diterapkan di seluruh dunia. Di kota kota besar, gedung2 perkantoran dan daerah yang kurang subur sekalipun. Penerapannya sangat mudah, karena yang dibutuhkan untuk membangkitkan listrik hanya rumput, CO2, matahari, dan air.
Energi listrik yang mampu dihasilkan dari prototype yang telah dibuat oleh tim Wageningen UR research Marjolein Helder ini masih hanya mampu menghasilkan 0.4 W / m2 dengan tanaman rumput sebagai sumbernya. Mereka mengklaim, beberapa tahun mendatang mereka dapat mengembangkan teknologi ini hingga mampu menghasilkan listrik sebesar 3.2 W /m2 atau 3.2kW/100m2. Listrik sebesar itu sudah mampu "menghidupi" sebuah rumah.:D Tanaman yang diproyeksikan adalah rumput hijau yang biasa ada di halaman rumah, tanaman padi, dan tumbuhan lainnya.
Berikut ini video prototype yang telah mereka kembangkan . Penjelasannya lebih jelas & detail.. :D
Ide yang cukup menjanjikan untuk diterapkan di Indonesia. Mengingat Indonesia adalah negara yang subur, beriklim tropis, dan merupakan negara agraris. Paling tidak, jika teknologi ini bisa diterapkan, beban listrik PLN akan semakin berkurang dan mampu menekan biaya subsidi listrik yang mencekik. :D
tag : listrik, pembangkit listrik, tumbuhan, rumput
sumber : http://www.gizmag.com/plant-microbial-fuel-cell/25163/
Belum lama ini, beberapa ilmuwan dari Belanda melakukan penelitian tentang energi terbarukan terbaru. Tidak seperti biogas, yang menggunakan bahan organik yang sudah diolah oleh para bakteri, namun justru mereka mampu mendapatkan energi listrik langsung dari makhluk hidup. Mereka memanfaatkan tumbuhan sebagai sumber energinya, tanpa mengganggu pertumbuhan tanaman tersebut. Tumbuhan yang digunakan adalah rumput, rumput biasa yang biasa ada di halaman rumah.
Ketika tumbuhan berfotosintesis, ada sekitar 70% bahan material organik yang tidak mampu diproses tumbuhan, dan diekskresikan melalui akar. Kemudian bahan2 tersebutlah yang akan diolah oleh bakteri. Nah, para ilmuwan dari Wageningen University Research memanfaatkan sisa bahan organik tersebut. Bahan organik yang diekskresikan ( C6H12O6 yang diolah oleh bakteri menghasilkan elektron dan ioh H+ ) mengandung muatan elektron, sehingga untuk mendapatkan elektron tersebut, dipasanglah elektroda (Anoda) di dekat akar sehingga elektron tersebut bisa masuk ke sisi elektroda lain (katoda di permukaan tanah) tersebut dan mampu menghasilkan arus listrik. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut :
Konsep ini sebenarnya mirip dengan konsep fuel cell konvensional. Bedanya hanya dari sumber elektronnya saja. Oleh karena itu pembangkit listrik ini mereka sebut sebagai Plant-Microbial Fuel Cell .
Teknologi ini diproyeksikan untuk diterapkan di seluruh dunia. Di kota kota besar, gedung2 perkantoran dan daerah yang kurang subur sekalipun. Penerapannya sangat mudah, karena yang dibutuhkan untuk membangkitkan listrik hanya rumput, CO2, matahari, dan air.
Energi listrik yang mampu dihasilkan dari prototype yang telah dibuat oleh tim Wageningen UR research Marjolein Helder ini masih hanya mampu menghasilkan 0.4 W / m2 dengan tanaman rumput sebagai sumbernya. Mereka mengklaim, beberapa tahun mendatang mereka dapat mengembangkan teknologi ini hingga mampu menghasilkan listrik sebesar 3.2 W /m2 atau 3.2kW/100m2. Listrik sebesar itu sudah mampu "menghidupi" sebuah rumah.:D Tanaman yang diproyeksikan adalah rumput hijau yang biasa ada di halaman rumah, tanaman padi, dan tumbuhan lainnya.
Berikut ini video prototype yang telah mereka kembangkan . Penjelasannya lebih jelas & detail.. :D
Ide yang cukup menjanjikan untuk diterapkan di Indonesia. Mengingat Indonesia adalah negara yang subur, beriklim tropis, dan merupakan negara agraris. Paling tidak, jika teknologi ini bisa diterapkan, beban listrik PLN akan semakin berkurang dan mampu menekan biaya subsidi listrik yang mencekik. :D
tag : listrik, pembangkit listrik, tumbuhan, rumput
sumber : http://www.gizmag.com/plant-microbial-fuel-cell/25163/
Pembangkit Listrik Tenaga Rumput
Reviewed by skyoko7@gmail.com
on
Saturday, December 01, 2012
Rating:
No comments:
Comment Here